Mengenai Saya

Senin, 25 April 2016

" Tunjuk Satu Bintang" (Part IV - END )


Sesampainya di rumah Dita, Rizki pamit dan mengatakan suatu hal kepada Dita.

“Ta, lo tau kalau Banyu mendapatkan beasiswa sekolah Bola ke Spanyol?”

“Hah? Eng enggak ky, Kamu serius?” Tanya Dita

“Semalem Ridwan yang bilang ke gue, katanya dia gagal buat dapetin beasiswa itu karena Banyu dinilai lebih unggul dari pada dia.” Jelas Rizky

Tanpa berucap sepatah katapun Dita segera masuk ke dalam rumah, Rizky seketika merasa bersalah “Duh, kenapa gue bilang sekarang sih sama Dia? Pasti Dita terpukul banget deh.” Gumam Rizky dalam hati sambil melangkah pulang menuju rumahnya.

Di dalam kamar Dita merenung mengingat kembali kata demi kata yang diucapkan Rizky.

“Banyu.. kurasa ini semua pantas untukmu tak mungkin kamu menolak impian yang selama ini kamu kejar, aku ingin disaat saat terakhir bisa ucapkan selamat tinggal.” Jerit Dita dalam hati.

Ia merebahkan tubuhnya yang lelah itu di tempat tidur sambil menggenggam Handphone, melihat beberapa foto yang berhasil Ia dan teman temannya  abadikan selama perjalanan kemarin. Tiba – tiba ia merasakan ada hal yang aneh dalam beberapa foto yang terdapat dalam Handphonenya, nampak dalam beberapa foto terlihat Banyu sedang menatap Dita, dan beberapa foto juga terlihat Dita yang memandang Banyu. Dita tersenyum  namun Ia tak berani menarik kesimpulan apapun, Ia senang mungkin memang dalam beberapa moment terlihat Banyu sedang memandanginya, tapi selama moment kemarin tidak terjadi percakapan serius apapun diantara mereka.
       Hari yang sangat bersejarahpun tiba, Acara Pelepasan siswa siswi SMA Harapan Bangsa. Semua terlihat cantik dan tampan, nampak beberapa siswi yang datang dengan mobil yang didampingi dengan orang tuanya. Sementara Dita datang bersama Rizky menggunakan sepeda motor sementara orang tua mereka menyusul menggunakan angkutan umum. Dengan mengenakan kebaya cantik berwarna Soft Pink Dita terlihat sangat anggun, sementara Rizky terlihat tampan dengan setelan jas yang mereka sewa bersama di satu salon dekat rumah mereka.
Acara demi acara berlalu namun Banyu tak nampak sekalipun, Dita melihat sekeliling  ballroom namun tetap saja pangeran impiannya tidak kunjung terlihat. Ia terus menandangi pintu masuk berharap pintu itu terbuka dan Banyu datang walau terlambat,  dan kemudian Nisa memotong lamunannya.

“Hoy, Ta?.. ta hhuyyy ngapain sih lo? Hmm sayang yah Handi udah berangkat duluan ke Yogya dia dapet beasiswa khusus dari UGM. Padahal kalau ada dia pasti deh diadain Raja dan Ratu sekolah dan pasti lo yg jadi Ratunya Ta, walaupun gue berharap gue sih yang jadi Ratunya hahaha..” Celoteh Nisa namun Dita hanya menoleh sebentar sambil tersenyum sekedarnya dan kembali memandangi pintu masuk.

            Sayangnya sampai acara berakhir Banyu tidak terlihat sama sekali,  Rasa Sedih, haru, tawa menghiasi acara perpisahan itu. Sepulang dari acara Dita dan Rizki bersama sama mendatangi salon untuk mengembalikan setelan yang mereka sewa. Di perjalanan pulang mereka mampir ke sebuah minimarket untuk membeli minuman, Rizki menunggu diluar sementara Dita membeli 2 minuman dingin dan 1 eskrim untuk dirinya. Saat mengantri di kasir dan menoleh kebelakang tiba tiba wajah samping yang Dita lihat ada disebelahnya adalah Banyu.

“Ba.., Bay.. Banyu kamu ga ikut acara perpisahan? Aku kira kamu udah berangkat ke Spanyol” Sapa Dita dengan nada sedikit gugup.

“Aku lihat kamu dari kejauhan tadi, sama Rizky yah?  Belum Ta, tadi aku harus urus dokumen perizinan dan beberapa dokumen penting lainnya bersama ayahku. Lusa aku berangkat Ta.” Jawab Rizky 

“Eh sini sekalian gue aja yang bayarin kalian berdua” Ujar Banyu sambil merebut belanjaan Dita.

Mereka keluar bersama dari minimarket, nampak Rizky terkejut melihat mereka.

“Oy Banyu... gue kira lo udah berangkat ke Spain and di adu sama banteng noh hahaha” sapa Rizky

Banyu dan Dita tertawa dibuat ocehan Rizky. Kemudian Bayu Pamit kepada mereka berdua untuk segera kembali ke mobilnya yang diparkir didepan minimarket dan terlihat ayahnya sedang menunggunya.



7 TAHUN KEMUDIAN
           
Dita Bekarja di sebuah lawyer office di kawasan Jakarta Pusat, Ia berhasil mencapai impiannya menjadi pengacara handal setelah Lulus dari Universitas Indonesia Jurusan Hukum. Wajah lelah nampak sekali pada dirinya di pagi itu, jam 9 Ia tiba di kantor setelah  pulang jam 10 malam karena harus bertemu dengan klien yang akan mengadakan sidang pada esok hari.

“Huuh hari ini pun akan terasa sangat panjang untuk mempersiapkan materi sidang, kenapa sih harus ada perceraian? Harusnya ya udah ga usah nikah, kalo nikah ga usah ribut, ujung ujungnya kan yang dipermasalahkan uang lagi uang lagi..” Gerutu Dita sambil membuka email dan mengecek pesan yang masuk.

 Dari sekian kasus yang Ia tangani Dita amat tidak menyukai kasus perceraian, namun sayangnya akhir akhir ini klien yang datang padanya seringkali meminta bantuannya untuk mengurus masalah harta gono gini.

Sambil mensortir sekian banyaknya email yang masuk ada satu email yang membuat Ia terkejut. Dari banyulovesoccer@yahoo.com : ayo bertemu besok di bangunan belakang sekolah jam 4 sore. Dikirim : 05.00 pagi ini.

Itu adalah alamat email Banyu yang sejak 8 tahun lalu tidak pernah ia ubah alamat emailnya. Kemudian Dita hanya bisa terdiam sejenak dan sedikit flashback kebelakang, dimana disaat pertemuan mereka seusai acara pelepasan SMA di minimarket itu Banyu mengajak Dita sore harinya jalan jalan berkeliling kota. Dengan mengendarai motor di tengah hembusan sang angin. Entah kemana Banyu membawa Dita, Dita hanya bisa tersenyum sepanjang perjalan sambil memperhatikan Banyu walau hanya punggungnya saja, namun sesekali mata mereka bertemu di kaca spion motor membuat Dita tersipu selalu bila mengingat hal itu.

Ternyata Banyu mengajak Dita ke sebuah bangunan tua dibelakang sekolah, bangunan itu adalah rumah di tepi jalan yang dulunya mewah sudah puluhan tahun tidak dihuni karena sengketa tanah yang belum terselesaikan, saat itu Banyu mengajak Dita ke taman yang ada di rumah itu, disana terdapat beberapa bangku panjang yang biasa di gunakan bagi pejalan kaki untuk beristirahat sejenak atau beberapa kumpulan pelajar yang bersenda gurau disana,  disana Banyu dan Dita juga beberapa pelajar SMP yang sepertinya sedang berlatih tugas drama berada di sana juga seorang bapak paruh baya yang memikul alat pemotong rumput sedang merapihkan rumput di taman itu. Dita duduk di bangku taman dan Banyu pergi membeli es krim karena Ia tahu kalau Dita sangat meyukai minuman dingin tersebut. Tiba tiba dari belakang Banyu mengejutkan Dita dengan 2 buah es krim di genggaman tangannya, mereka saling tersenyum tersipu malu.

“Bay, ada apa kamu ngajak aku kesini?” Tanya Dita

“Saya akan pergi jauh, entah berapa bulan, entah berapa tahun saya juga belum tahu. Namun saya berharap kamu bisa mendoakan saya dan menuggu saya.” Jawab Banyu dengan bahasa yang sedikit formal dan kaku

Ekspresi Dita ketika itu seperti orang kebingungan Dia tidak mengerti kalimat yang di ucapkan oleh Banyu itu berarti apa?, apakah Banyu juga memiliki rasa yang sama sepertinya atau bagaimana, kalimat yang tersirat itu selalu membuat Dita tidak berani mentafsirkan apapun sampai sekarang ini, yang pasti Dita tahu ketika itu adalah jikalau Banyu benar benar akan pergi ke Kota yang sangat jauh di negara yang sama sekali Dita tidak tertarik untuk mencari tahu tentangnya apalagi untuk mendatanginya.

Kala itu Dita hanya terdiam tanpa mengucapkan sepatah kata apapun sambil menghabiskan eskrim yang di beli Banyu, Dita hanya sesekali melemparkan senyum sedih ketika duduk di bangku taman itu, dan kemudian Handphone Banyu berdering, Dita menatap Banyu yang sedang mengangkat telepon entah dari siapa dengan tatapan yang amat sedih karena kala itu Ia merasa akan ditinggal oleh orang yang selama ini ia sayangi dan kagumi dalam hatinya untuk waktu yang lama, atau mungkin selamanya. Kemudian Banyu menutup telepon dan segera mengantar Dita kembali kerumahnya karena ada beberapa dokumen kepindahannya yang bermasalah. Ketika sampai di teras rumah Dita

“Maafkan saya Dita, saya sayang kamu. Maafkan saya karena baru bisa mengungkapkan ini karena saya juga baru sadar beberapa bulan terakhir kebersamaan saya bersama kamu dan teman teman,  maafkan saya yang bodoh tidak bisa cepat mengungkapkan ini ke kamu kalau saya merasakan rasa yang lebih dari sekedar teman, saya tidak tahu sejak kapan rasa ini ada, tapi yang sekarang saya tahu saya sangat sedih harus berpisah sama kamu, maafkan saya jika salah memilih impian saya.” Ucap Banyu

“Bay, impian kamu lebih penting sekarang dibandingkan dengan aku. Aku senang akhirnya aku megerti apa yang tersirat selama ini antara kita, aku sedih sangat sedih ketika mendengar kamu harus pergi jauh. Jangan khawatir aku disini akan baik baik saja. Dan kamu juga harus semangat mengejar impian kamu disana, banyak yang sudah kamu korbankan mungkin termasuk perasaan antara kita ini yang akhirnya aku berani menyebut itu dengan cinta.” Ujar Dita

Kemudian Banyu tersenyum matanya terlihat sangat senang mendengar pernyataan dari Dita, kemudian Ia  pamit dengan tergesa-gesa. Dan saat itu adalah saat terakhir Dita bisa melihat dan berbicara Banyu sampai dengan sekarang.

            Mengingat hal itu Dita hanya bisa menarik napas yang panjang dari diagfragmanya, Ia sangat terkejut dengan Banyu yang tiba-tiba hadir kembali dalam hidupnya. Dita menelusuri jalan Ibu Kota yang padat menggunakan taksi yang Ia sewa menuju rumahnya di kawasan Jakarta Timur.

“Tujuh tahun ternyata  sudah berlalu, apa yang Ia lakukan selama ini aku tidak tahu. Menanti merupakan hal yang melelahkan apalagi tanpa kepastian. Baiknya besok aku bertemu dengan sikap apa? Kesal? Sedih? Senang? Kecewa? Atau bahagia... entahlah karena tidak bisa aku pungkiri aku bukanlah aku yang waktu dulu” gumamnya dalam hati. 

            Keesokan harinya Dita sudah bangun pagi pagi sekali karena ada sidang yang harus Ia hadiri, dampai dengan siang hari suasana pengadilan masih sangat rumit hakim belum bisa memutuskan tentang kasus yang ditangani olehnya. Sampai jam makan siang sambil beristirahat dengan kliennya di sebuah rumah makan Ia mengecek Handphone dan membuka email kemudian Ia berkali kali membaca pesan yang dikirim oleh Banyu tanpa membalas sepatah katapun. Kemudian sidang dimulai kembali, akhirnya hakim memutuskan untuk menangguhkan tuntutan klien Dita karena dinilai belum memiliki berkas berkas yang cukup untuk mengabulkan tuntutan Kliennya itu, dan persidangan ditunda sampai bulan depan.

            Jam di dinding menunjukan puku 15.15 WIB, Dita memjamkan mata sejenak sampai akhirnya Ia memutuskan untuk bertemu dengan Banyu di gedung tua itu. Jalanan Ibu Kota yang ramai lancar mengiringi perjalanannya. Samapai di tempat itu 40 menit kemudian. Dita mendorong pintu pagar taman yang terlihat makin tidak terurus lagi, kerena jalan depan rumah itu sudah dialihkan kejalan utama. Hanya beberapa pejalan kaki yang lewat dekat taman itu yang kini tidak serama dahulu. Terlihat seorang Pria sedang menggendong anak laki laki yang sepertinya merupakan anak biologisnya karena begitu mirip dengannya. Apakah itu banyu? Tanya Dita dalam hati, namun ternya Pria dan anak itu hanya lewat dan bukan mengarah kepadanya. Huuh.. Dita menghela napas yang panjang. Kemudian ia duduk di kursi taman yang terlihat berkarat pada paku dan pengaitnya. “Banyu? Seperti apa dia sekarang?” Gumam Dita dalam hati.

            Dita melihat sekeliling dan teringat beberapa tahun kebelakang  Ia sangat sering mengunjungi taman ini. Teringat dahulu ia duduk dibangku untuk pertama dan terakhir kalinya dimana Ia bisa menghabiskan beberapa menit dengan Banyu. Seringkali ia berkhayal Banyu datang kembali dengan membawa es krim di kedua tangannya dan meminta maaf karena datang terlambat. Walau hanya dengan membayangkan sosoknya saja sudah membuat Dita tenang bila sedang merindukan Banyu sang pujaan hatinya itu.

Sesaat kemudian terlihat seorang pria melewati pagar depan taman itu, dari wajah samping nya pun masih sangat Dita kenali.

“Banyu ?” Gumamnya dalam hati

Kemudian pria yang memakai setelan yang rapih, rambutnya juga sangat rapih terlihat keren itu membuka pintu pagar taman itu.

“Hay Dit, apa kabar?” sapanya

Seketika pupil mata Dita melebar dan terpaku, benarkah Ia Banyu? Seseorang yang selama ini ia rindukan? Seseorang yang sangat ingin ia ketahui keberadaannya? Ketika Pria itu tersenyum, yakinlah ia karena hanya senyum dari Banyu yang selama ini ia mimpikan.

“Ha..halo, Banyu?” jawab Dita

Tanpa menjawab pria itu kemudian duduk di sebelah Dita sembari memasang senyum yang manis itu.

“Kamu apa kabar? Baru beberapa minggu lalu saya tiba di sini, beberapa kali saya mencoba mencari kabar kamu dan memberanikan diri untuk meminta bertemu, dan pada akhirnya disinilah kita bertemu” Ujar Banyu

Dita masih diam dan terpaku, ia hanya terus mendengarkan Banyu tanpa berbicara apapun.

“Disini dulu saya ajak kamu bertemu, untuk pertama kali saya menyatakan perasaan ke kamu, Dita... apakah selama ini kamu masih memikirkan saya?” Tanya Banyu

“Benarkah ini kamu Bay? Kemana saja kamu selama ini? ..” ucap Dita yang tanpa disadari mengeluarkan airmata dipipinya.

“Kamu tahu betapa aku meridukan kamu? Kamu tahu betapa aku berusaha coba menghubungi kamu tapi tidak pernah kamu balas? Kemudian kamu tiba – tiba datang ingin bertemu? Merindukanmu selama bertahun tahun tanpa kepastian membuat perlahan hatiku lemah, seperti apa kamu disana, dengan siapa kamu disana, apakah mereka menerimamu baik disana, aku tidak pernah tahu. Sekarang kamu bertanya perasaanku? Untuk apa” sambung Dita

“Maafkan aku, aku tidak tahu harus berkata apa untuk menjawab semua pertanyaan-pertanyaan kamu itu. Tidak mudah hidup di negara baru, saya hampir depresi ketika sampai disana. Namun kini saya datang lagi, apakah kamu mau menerima dan memaafkan saya?” Jelas Banyu.

Seketika suasana menjadi haru karena Dita yang terus menangis, sambil terisak ia menjawab

“Aku memaafkan kamu, aku sangat menghargai kamu yang masih peduli denganku, namun Banyu telah ada seseorang dalam hidupku, telah ada seseorang yang mengisi hari-hariku walau aku terus menerus merindukan kamu. Dan sekarang kamu hadir dan tidak tahu diri memintaku untuk kembali?”

Seketika Perhatian Banyu tertunju pada cincin di jari manis sebelah kiri Dita.

“ Seseorang, siapa itu?” Tanya Banyu

“Tidak perlu kamu tahu siapa dia, sekarang aku hanya bisa berterimakasih kamu pernah hadir dalam hidupku, namun maafkan aku tidak bisa menerima kamu kembali Bay. Apapun pilihan aku tetap saja pasti akan ada yang terluka, namun tidak mungkin aku melukai dia yang selama ini menghapus perih dan air mataku, kini biarlah kisah kita hanya sebagai cerita dan kenangan. Biarlah kisah kita berakhir disini di tempat yang sama saat kita memulainya. Aku harus pergi sekarang, selamat tinggal Banyu..” Ujar Dita yang sembari beranjak dari kursi dan berusaha tersenyum walau setengah mati Ia menahan perih dalam hatinya, melihat kembali seseorang yang selama ini Ia rindukan walau dalam hatinya begitu ingin terus melihatnya lagi, namun kini semua telah berubah tidak seperti dulu lagi. Orang-orang dapat berubah, rasa dapat berubah, begitu pula dengan perasaan tapi tidak dengan Kenangan. Beberapa kenangan mungkin tercipta memang hanya untuk dikenang.

Banyu hanya terdiam dan terpaku saat Dita perlahan pergi meninggalkannya. Cinta memang indah dan menanti adalah pekerjaan yang paling membosankan, tapi menanti cinta adalah pekerjaan yang paling sia-sia jika tak pernah untuk ditemukan. Jangan sia siakan cinta jika memang cinta, kerena cinta itu akan pergi dan memilih tempat yang bisa menerimanya lebih baik.



-- THE END --    
(Bogor, 22 Juni 2015)      
By :Tiara Ekawati Po Wijaya

 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar