Sesampainya di rumah Dita, Rizki pamit dan mengatakan suatu hal kepada
Dita.
“Ta, lo tau kalau Banyu mendapatkan beasiswa sekolah Bola ke Spanyol?”
“Hah? Eng enggak ky, Kamu serius?” Tanya Dita
“Semalem Ridwan yang bilang ke gue, katanya dia gagal buat dapetin
beasiswa itu karena Banyu dinilai lebih unggul dari pada dia.” Jelas Rizky
Tanpa berucap sepatah katapun Dita segera masuk ke dalam rumah, Rizky
seketika merasa bersalah “Duh, kenapa gue bilang sekarang sih sama Dia? Pasti
Dita terpukul banget deh.” Gumam Rizky dalam hati sambil melangkah pulang
menuju rumahnya.
Di dalam kamar Dita merenung mengingat kembali kata demi kata yang
diucapkan Rizky.
“Banyu.. kurasa ini semua pantas untukmu tak mungkin kamu menolak
impian yang selama ini kamu kejar, aku ingin disaat saat terakhir bisa ucapkan
selamat tinggal.” Jerit Dita dalam hati.
Ia merebahkan tubuhnya yang lelah itu di
tempat tidur sambil menggenggam Handphone, melihat beberapa foto yang berhasil
Ia dan teman temannya abadikan selama
perjalanan kemarin. Tiba – tiba ia merasakan ada hal yang aneh dalam beberapa
foto yang terdapat dalam Handphonenya, nampak dalam beberapa foto terlihat
Banyu sedang menatap Dita, dan beberapa foto juga terlihat Dita yang memandang
Banyu. Dita tersenyum namun Ia tak
berani menarik kesimpulan apapun, Ia senang mungkin memang dalam beberapa
moment terlihat Banyu sedang memandanginya, tapi selama moment kemarin tidak
terjadi percakapan serius apapun diantara mereka.
Hari yang sangat
bersejarahpun tiba, Acara Pelepasan siswa siswi SMA Harapan Bangsa. Semua
terlihat cantik dan tampan, nampak beberapa siswi yang datang dengan mobil yang
didampingi dengan orang tuanya. Sementara Dita datang bersama Rizky menggunakan
sepeda motor sementara orang tua mereka menyusul menggunakan angkutan umum.
Dengan mengenakan kebaya cantik berwarna Soft Pink Dita terlihat sangat anggun,
sementara Rizky terlihat tampan dengan setelan jas yang mereka sewa bersama di
satu salon dekat rumah mereka.
Acara demi acara berlalu namun Banyu tak
nampak sekalipun, Dita melihat sekeliling
ballroom namun tetap saja pangeran impiannya tidak kunjung terlihat. Ia
terus menandangi pintu masuk berharap pintu itu terbuka dan Banyu datang walau
terlambat, dan kemudian Nisa memotong
lamunannya.
“Hoy, Ta?.. ta hhuyyy ngapain sih lo? Hmm sayang yah Handi udah
berangkat duluan ke Yogya dia dapet beasiswa khusus dari UGM. Padahal kalau ada
dia pasti deh diadain Raja dan Ratu sekolah dan pasti lo yg jadi Ratunya Ta,
walaupun gue berharap gue sih yang jadi Ratunya hahaha..” Celoteh Nisa namun
Dita hanya menoleh sebentar sambil tersenyum sekedarnya dan kembali memandangi
pintu masuk.
Sayangnya sampai
acara berakhir Banyu tidak terlihat sama sekali, Rasa Sedih, haru, tawa menghiasi acara
perpisahan itu. Sepulang dari acara Dita dan Rizki bersama sama mendatangi
salon untuk mengembalikan setelan yang mereka sewa. Di perjalanan pulang mereka
mampir ke sebuah minimarket untuk membeli minuman, Rizki menunggu diluar
sementara Dita membeli 2 minuman dingin dan 1 eskrim untuk dirinya. Saat
mengantri di kasir dan menoleh kebelakang tiba tiba wajah samping yang Dita
lihat ada disebelahnya adalah Banyu.
“Ba.., Bay.. Banyu kamu ga ikut acara perpisahan? Aku kira kamu udah
berangkat ke Spanyol” Sapa Dita dengan nada sedikit gugup.
“Aku lihat kamu dari kejauhan tadi, sama Rizky yah? Belum Ta, tadi aku harus urus dokumen
perizinan dan beberapa dokumen penting lainnya bersama ayahku. Lusa aku
berangkat Ta.” Jawab Rizky
“Eh sini sekalian gue aja yang bayarin kalian berdua” Ujar Banyu
sambil merebut belanjaan Dita.
Mereka keluar bersama dari minimarket, nampak Rizky terkejut melihat
mereka.
“Oy Banyu... gue kira lo udah berangkat ke Spain and di adu sama
banteng noh hahaha” sapa Rizky
Banyu dan Dita tertawa dibuat ocehan Rizky. Kemudian Bayu Pamit kepada
mereka berdua untuk segera kembali ke mobilnya yang diparkir didepan minimarket
dan terlihat ayahnya sedang menunggunya.
7 TAHUN KEMUDIAN
Dita Bekarja di sebuah lawyer office di kawasan
Jakarta Pusat, Ia berhasil mencapai impiannya menjadi pengacara handal setelah
Lulus dari Universitas Indonesia Jurusan Hukum. Wajah lelah nampak sekali pada
dirinya di pagi itu, jam 9 Ia tiba di kantor setelah pulang jam 10 malam karena harus bertemu
dengan klien yang akan mengadakan sidang pada esok hari.
“Huuh hari ini pun akan terasa sangat panjang untuk mempersiapkan
materi sidang, kenapa sih harus ada perceraian? Harusnya ya udah ga usah nikah,
kalo nikah ga usah ribut, ujung ujungnya kan yang dipermasalahkan uang lagi
uang lagi..” Gerutu Dita sambil membuka email dan mengecek pesan yang masuk.
Dari sekian kasus yang Ia
tangani Dita amat tidak menyukai kasus perceraian, namun sayangnya akhir akhir
ini klien yang datang padanya seringkali meminta bantuannya untuk mengurus
masalah harta gono gini.
Sambil mensortir sekian banyaknya email yang masuk ada satu email yang
membuat Ia terkejut. Dari banyulovesoccer@yahoo.com : ayo bertemu besok di
bangunan belakang sekolah jam 4 sore. Dikirim : 05.00 pagi ini.
Itu adalah alamat email Banyu yang sejak 8 tahun lalu tidak pernah ia
ubah alamat emailnya. Kemudian Dita hanya bisa terdiam sejenak dan sedikit
flashback kebelakang, dimana disaat pertemuan mereka seusai acara pelepasan SMA
di minimarket itu Banyu mengajak Dita sore harinya jalan jalan berkeliling
kota. Dengan mengendarai motor di tengah hembusan sang angin. Entah kemana
Banyu membawa Dita, Dita hanya bisa tersenyum sepanjang perjalan sambil
memperhatikan Banyu walau hanya punggungnya saja, namun sesekali mata mereka
bertemu di kaca spion motor membuat Dita tersipu selalu bila mengingat hal itu.
Ternyata Banyu mengajak Dita ke sebuah bangunan tua dibelakang
sekolah, bangunan itu adalah rumah di tepi jalan yang dulunya mewah sudah
puluhan tahun tidak dihuni karena sengketa tanah yang belum terselesaikan, saat
itu Banyu mengajak Dita ke taman yang ada di rumah itu, disana terdapat
beberapa bangku panjang yang biasa di gunakan bagi pejalan kaki untuk
beristirahat sejenak atau beberapa kumpulan pelajar yang bersenda gurau
disana, disana Banyu dan Dita juga
beberapa pelajar SMP yang sepertinya sedang berlatih tugas drama berada di sana
juga seorang bapak paruh baya yang memikul alat pemotong rumput sedang merapihkan
rumput di taman itu. Dita duduk di bangku taman dan Banyu pergi membeli es krim
karena Ia tahu kalau Dita sangat meyukai minuman dingin tersebut. Tiba tiba
dari belakang Banyu mengejutkan Dita dengan 2 buah es krim di genggaman
tangannya, mereka saling tersenyum tersipu malu.
“Bay, ada apa kamu ngajak aku kesini?” Tanya Dita
“Saya akan pergi jauh, entah berapa bulan, entah berapa tahun saya
juga belum tahu. Namun saya berharap kamu bisa mendoakan saya dan menuggu
saya.” Jawab Banyu dengan bahasa yang sedikit formal dan kaku
Ekspresi Dita ketika itu seperti orang kebingungan Dia tidak mengerti
kalimat yang di ucapkan oleh Banyu itu berarti apa?, apakah Banyu juga memiliki
rasa yang sama sepertinya atau bagaimana, kalimat yang tersirat itu selalu
membuat Dita tidak berani mentafsirkan apapun sampai sekarang ini, yang pasti
Dita tahu ketika itu adalah jikalau Banyu benar benar akan pergi ke Kota yang
sangat jauh di negara yang sama sekali Dita tidak tertarik untuk mencari tahu
tentangnya apalagi untuk mendatanginya.
Kala itu Dita hanya terdiam tanpa mengucapkan sepatah kata apapun
sambil menghabiskan eskrim yang di beli Banyu, Dita hanya sesekali melemparkan
senyum sedih ketika duduk di bangku taman itu, dan kemudian Handphone Banyu
berdering, Dita menatap Banyu yang sedang mengangkat telepon entah dari siapa
dengan tatapan yang amat sedih karena kala itu Ia merasa akan ditinggal oleh
orang yang selama ini ia sayangi dan kagumi dalam hatinya untuk waktu yang
lama, atau mungkin selamanya. Kemudian Banyu menutup telepon dan segera
mengantar Dita kembali kerumahnya karena ada beberapa dokumen kepindahannya
yang bermasalah. Ketika sampai di teras rumah Dita
“Maafkan saya Dita, saya sayang kamu. Maafkan saya karena baru bisa
mengungkapkan ini karena saya juga baru sadar beberapa bulan terakhir kebersamaan
saya bersama kamu dan teman teman,
maafkan saya yang bodoh tidak bisa cepat mengungkapkan ini ke kamu kalau
saya merasakan rasa yang lebih dari sekedar teman, saya tidak tahu sejak kapan
rasa ini ada, tapi yang sekarang saya tahu saya sangat sedih harus berpisah
sama kamu, maafkan saya jika salah memilih impian saya.” Ucap Banyu
“Bay, impian kamu lebih penting sekarang dibandingkan dengan aku. Aku
senang akhirnya aku megerti apa yang tersirat selama ini antara kita, aku sedih
sangat sedih ketika mendengar kamu harus pergi jauh. Jangan khawatir aku disini
akan baik baik saja. Dan kamu juga harus semangat mengejar impian kamu disana,
banyak yang sudah kamu korbankan mungkin termasuk perasaan antara kita ini yang
akhirnya aku berani menyebut itu dengan cinta.” Ujar Dita
Kemudian Banyu tersenyum matanya terlihat sangat senang mendengar
pernyataan dari Dita, kemudian Ia pamit
dengan tergesa-gesa. Dan saat itu adalah saat terakhir Dita bisa melihat dan
berbicara Banyu sampai dengan sekarang.
Mengingat hal itu
Dita hanya bisa menarik napas yang panjang dari diagfragmanya, Ia sangat
terkejut dengan Banyu yang tiba-tiba hadir kembali dalam hidupnya. Dita
menelusuri jalan Ibu Kota yang padat menggunakan taksi yang Ia sewa menuju
rumahnya di kawasan Jakarta Timur.
“Tujuh tahun ternyata sudah
berlalu, apa yang Ia lakukan selama ini aku tidak tahu. Menanti merupakan hal
yang melelahkan apalagi tanpa kepastian. Baiknya besok aku bertemu dengan sikap
apa? Kesal? Sedih? Senang? Kecewa? Atau bahagia... entahlah karena tidak bisa
aku pungkiri aku bukanlah aku yang waktu dulu” gumamnya dalam hati.
Keesokan harinya
Dita sudah bangun pagi pagi sekali karena ada sidang yang harus Ia hadiri,
dampai dengan siang hari suasana pengadilan masih sangat rumit hakim belum bisa
memutuskan tentang kasus yang ditangani olehnya. Sampai jam makan siang sambil
beristirahat dengan kliennya di sebuah rumah makan Ia mengecek Handphone dan
membuka email kemudian Ia berkali kali membaca pesan yang dikirim oleh Banyu
tanpa membalas sepatah katapun. Kemudian sidang dimulai kembali, akhirnya hakim
memutuskan untuk menangguhkan tuntutan klien Dita karena dinilai belum memiliki
berkas berkas yang cukup untuk mengabulkan tuntutan Kliennya itu, dan persidangan
ditunda sampai bulan depan.
Jam di dinding
menunjukan puku 15.15 WIB, Dita memjamkan mata sejenak sampai akhirnya Ia
memutuskan untuk bertemu dengan Banyu di gedung tua itu. Jalanan Ibu Kota yang
ramai lancar mengiringi perjalanannya. Samapai di tempat itu 40 menit kemudian.
Dita mendorong pintu pagar taman yang terlihat makin tidak terurus lagi, kerena
jalan depan rumah itu sudah dialihkan kejalan utama. Hanya beberapa pejalan
kaki yang lewat dekat taman itu yang kini tidak serama dahulu. Terlihat seorang
Pria sedang menggendong anak laki laki yang sepertinya merupakan anak
biologisnya karena begitu mirip dengannya. Apakah itu banyu? Tanya Dita dalam
hati, namun ternya Pria dan anak itu hanya lewat dan bukan mengarah kepadanya.
Huuh.. Dita menghela napas yang panjang. Kemudian ia duduk di kursi taman yang
terlihat berkarat pada paku dan pengaitnya. “Banyu? Seperti apa dia sekarang?”
Gumam Dita dalam hati.
Dita melihat
sekeliling dan teringat beberapa tahun kebelakang Ia sangat sering mengunjungi taman ini.
Teringat dahulu ia duduk dibangku untuk pertama dan terakhir kalinya dimana Ia
bisa menghabiskan beberapa menit dengan Banyu. Seringkali ia berkhayal Banyu
datang kembali dengan membawa es krim di kedua tangannya dan meminta maaf
karena datang terlambat. Walau hanya dengan membayangkan sosoknya saja sudah
membuat Dita tenang bila sedang merindukan Banyu sang pujaan hatinya itu.
Sesaat kemudian terlihat seorang pria melewati pagar depan taman itu,
dari wajah samping nya pun masih sangat Dita kenali.
“Banyu ?” Gumamnya dalam hati
Kemudian pria yang memakai setelan yang rapih, rambutnya juga sangat
rapih terlihat keren itu membuka pintu pagar taman itu.
“Hay Dit, apa kabar?” sapanya
Seketika pupil mata Dita melebar dan terpaku, benarkah Ia Banyu?
Seseorang yang selama ini ia rindukan? Seseorang yang sangat ingin ia ketahui
keberadaannya? Ketika Pria itu tersenyum, yakinlah ia karena hanya senyum dari
Banyu yang selama ini ia mimpikan.
“Ha..halo, Banyu?” jawab Dita
Tanpa menjawab pria itu kemudian duduk di sebelah Dita sembari
memasang senyum yang manis itu.
“Kamu apa kabar? Baru beberapa minggu lalu saya tiba di sini, beberapa
kali saya mencoba mencari kabar kamu dan memberanikan diri untuk meminta
bertemu, dan pada akhirnya disinilah kita bertemu” Ujar Banyu
Dita masih diam dan terpaku, ia hanya terus mendengarkan Banyu tanpa
berbicara apapun.
“Disini dulu saya ajak kamu bertemu, untuk pertama kali saya
menyatakan perasaan ke kamu, Dita... apakah selama ini kamu masih memikirkan
saya?” Tanya Banyu
“Benarkah ini kamu Bay? Kemana saja kamu selama ini? ..” ucap Dita
yang tanpa disadari mengeluarkan airmata dipipinya.
“Kamu tahu betapa aku meridukan kamu? Kamu tahu betapa aku berusaha
coba menghubungi kamu tapi tidak pernah kamu balas? Kemudian kamu tiba – tiba datang
ingin bertemu? Merindukanmu selama bertahun tahun tanpa kepastian membuat
perlahan hatiku lemah, seperti apa kamu disana, dengan siapa kamu disana,
apakah mereka menerimamu baik disana, aku tidak pernah tahu. Sekarang kamu
bertanya perasaanku? Untuk apa” sambung Dita
“Maafkan aku, aku tidak tahu harus berkata apa untuk menjawab semua
pertanyaan-pertanyaan kamu itu. Tidak mudah hidup di negara baru, saya hampir
depresi ketika sampai disana. Namun kini saya datang lagi, apakah kamu mau
menerima dan memaafkan saya?” Jelas Banyu.
Seketika suasana menjadi haru karena Dita yang terus menangis, sambil
terisak ia menjawab
“Aku memaafkan kamu, aku sangat menghargai kamu yang masih peduli
denganku, namun Banyu telah ada seseorang dalam hidupku, telah ada seseorang
yang mengisi hari-hariku walau aku terus menerus merindukan kamu. Dan sekarang
kamu hadir dan tidak tahu diri memintaku untuk kembali?”
Seketika Perhatian Banyu tertunju pada cincin di jari manis sebelah
kiri Dita.
“ Seseorang, siapa itu?” Tanya Banyu
“Tidak perlu kamu tahu siapa dia, sekarang aku hanya bisa
berterimakasih kamu pernah hadir dalam hidupku, namun maafkan aku tidak bisa
menerima kamu kembali Bay. Apapun pilihan aku tetap saja pasti akan ada yang
terluka, namun tidak mungkin aku melukai dia yang selama ini menghapus perih
dan air mataku, kini biarlah kisah kita hanya sebagai cerita dan kenangan.
Biarlah kisah kita berakhir disini di tempat yang sama saat kita memulainya.
Aku harus pergi sekarang, selamat tinggal Banyu..” Ujar Dita yang sembari
beranjak dari kursi dan berusaha tersenyum walau setengah mati Ia menahan perih
dalam hatinya, melihat kembali seseorang yang selama ini Ia rindukan walau
dalam hatinya begitu ingin terus melihatnya lagi, namun kini semua telah
berubah tidak seperti dulu lagi. Orang-orang dapat berubah, rasa dapat berubah,
begitu pula dengan perasaan tapi tidak dengan Kenangan. Beberapa kenangan
mungkin tercipta memang hanya untuk dikenang.
Banyu hanya terdiam dan terpaku saat Dita perlahan pergi
meninggalkannya. Cinta memang indah dan menanti adalah pekerjaan yang paling
membosankan, tapi menanti cinta adalah pekerjaan yang paling sia-sia jika tak
pernah untuk ditemukan. Jangan sia siakan cinta jika memang cinta, kerena cinta
itu akan pergi dan memilih tempat yang bisa menerimanya lebih baik.
-- THE END --
Tidak ada komentar:
Posting Komentar